Jakarta, MAJALAHCEO.COM – Banyak orang yang tidak mengetahui apa itu BOT. Dalam konteks RS PGI CIKINI banyak orang mengartikan Build Operate Transfer (BOT) dengan PGI “menjual” RS PGI CIKINI ke PT Farmon Awal Bros Sedaya (PRIMAYA).
Sebagaimana diketahui, pada Jumat (25/07/2021) bertempat di Graha Oikoumene PGI telah dilakukan penandatangan kerjasama antara Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Yayasan Kesehatan PGI CIKINI (YAKES CIKINI) dan PT. Famon Awal Bros Sedaya (PRIMAYA).
Pendatangan Kerjasama ini telah menimbulkan pro kontra. Pro BOT menyebut Kerjasama ini sebagai hal yang menguntungkan. Namun di pihak lain, kerjasama ini disimpulkan sebagai akal-akalan PGI dalam mengalihkan secara diam-diam asset yang dimiliki gereja-gereja ini.
Menggumuli pro-kontra tersebut agar tidak menjadi bola liar preseden buruk PGI kedepan, Persatuan Inteligensia Kristen Indonesia (PIKI) mengambil inisiatif tampil dalam diskusi public bertema, Membincang BOT RS PGI CIKINI, pada Sabtu besok (03/07/2021) pukul 18.00 WIB – 19.30 WIB. Diskusi ini juga menghadirkan langsung Team Negosiasi PGI.
“Mari kita ikuti penjelasan detail dan gamblang dari anggota team negosiasi yang khusus dibentuk PGI untuk mencari investor terkait BOT RS CIKINI. Jangan sampai kita tidak mengetahui proses BOT-nya tetapi kita mengeluarkan statement yang menjurus ke menghakimi,” kata Sekjen DPP PIKI, Pdt. Audy Wuisang, STh., MSi., yang nantinya dalam diskusi akan bertindak selaku moderator.
RS PGI CIKINI yang dimiliki oleh PGI berdiri di atas tanah seluas kurang lebih 5,5 Ha berdasarkan Sertifikat Hak Milik atas nama Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia. Untuk mengelola RS PGI CIKINI, PGI mendirikan YAKES Cikini.
Saat ini RS PGI CIKINI sudah berusia 123 tahun dengan kondisi bangunan yang sudah tua dan memerlukan bangunan baru. Demikianpun fasilitas kesehatan serta alat kesehatan yang sudah jauh tertinggal dengan rumah sakit lain bahkan sebagian sudah tidak berfungsi, ditambah dengan berkurangnya jumlah pasien rawat inap (BOR) serta pasien rawat jalan. Sementara jumlah hutang terus membengkak mengakibatkan defisit yang besar.
Sejak tahun 2017 s/d 2019 RS PGI CIKINI merugi secara akumulatif sebesar lebih kurang Rp.77 M dan hutang RS PGI CIKINI per Desember 2020 sebanyak Rp. 52 M, sementara kewajiban dana pensiun sejumlah Rp. 58 M., sehingga totalnya Rp. 110 M. Bahwa saat ini kondisi keuangan RS PGI CIKINI sedikit terbantu karena ditunjuk menjadi Rumah Sakit rujukan COVID-19. (rls/piki)