MajalahCeo.id | Medan – “BUDAYA, ADALAH BUMI, TEMPAT SEMUA BERTUMBUH”
MARI KITA RAWAT BERSAMA DENGAN TOLERANSI DAN GOTONG ROYONG
Dalam hal seni pertunjukan, Geliat seni pertunjukan teater di Sumut tetap ada. Bahkan dalam dua tahun terakhir, meski dilanda Covid, karya dan penciptaan terus tumbuh.
“Teater “Rumah Mata” menjadi harapan sekaligus penanda bahwa seni Teater masih eksis,” demikian di sampaikan pengamat budaya Hujan Tarigan.
Secara mandiri, “Teater Rumah Mata” telah melewati pesimisme banyak orang bahwa teater yang dianggap tidak memiliki masa depan untuk iklim kesenian, ternyata survive dan berkiprah.
Pendiri “Teater Rumah Mata” Agus Susilo, menyatakan terima kasih kepada pihak-pihak yang memberikan dukungan dan semangat hingga membuat Teater Rumah Mata, mampu menjejak usia 17 tahun.
Rumah Mata banjir pujian usai tampil mewakili Sumatera Utara dalam Festival Teater Sumatera di Palembang di awal Oktober 2022 lalu.
Itulah lima catatan Kebudayaan yang ada. Tentu masih ada pihak lain yang mencatat dengan perspektif masing-masing.
Tanpa pretensi catatan ini sempurna, barangkali lebih tepat hanya sekedar memungut yang tercecer dan mengingatkan yang terlupa.
Sastrawan besar Pramoedya Ananta Toer berujar bahwa Budaya adalah Bumi tempat manusia berpijak. Jika bumi tegar dan kuat, maka apapun yang tumbuh diatasnya ; ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum dan gerakan masyarakat akan menjadi kuat, SEHAT, bergairah, berkeadilan dan berkelanjutan.
Keseharian masyarakat pada paruh waktu tahun 2022 telah di suguhi banyaknya bencana alam. Berturut-turut Gempa bumi, tanah longsor, puting beliung dan banjir. Semoga masyarakat berdaya tahan (resilience) menghadapinya.
Peristiwa dramatis Brigadir Yosua Nofriansah Hutabarat dan Ferdy Sambo, berspektrum meluas. Meski hanya sedikit yang menyadari bahwa “adat batak”lah, yang telah sangat berperan sehingga kasus ini naik ke permukaan. Istilah “mate ponggol”, dan “Ulos parsirangan” merupakan scenario Tuhan semesta alam.
Seandainya tidak harus beradat, dan peti mati tidak dibuka untuk prosesi Ulos perpisahan, mungkin semua fakta tidak terbongkar.
Umpasa batak “pantun hangoluan, tois hamagoan” merupakan sebuah keniscayaan. Semoga dimaknai ummat manusia, khususnya yang memegang teguh adat batak.
Orang jawa juga memiliki ungkapan Jangka Jayabaya “Sopo sing nandur becik, bakal ngunduh becik, sopo sing nandur olo bakal ngunduh olo. Becik bakal ketitik, olo bakal ketoro”. Inilah dogma orang Jawa atau dikenal sebagai “pepesten” bagi sebahagian besar orang jawa yang masih mengerti tentang ilmu “titen” dalam adat istiadat Jawa.
Sekali lagi, mari kita rawat budaya Sumatera Utara. Negeri berbilang kaum, wilayah multi kultur yang telah mengalami jaman berjaman. Kita pupuk rasa Toleransi dan gotong royong. Saling menghargai dengan membangun pemajuan budaya.
Undang-undang Nomor 5 Tahun 2017 kita jadikan bumi pijakan. Kita dorong pemerintah keluarkan Peraturan agar Pemajuan kebudayaan menjadi perhatian semua pihak.
Selamat tinggal tahun dua ribu dua puluh dua, selamat datang tahun baru, dua ribu dua puluh tiga. Salam budaya, Rabu, (22/12/2022)